Ekstrak Ganja Disebut Mampu Tingkatkan Resistensi Terhadap Virus Corona
Mei 12, 2020
Edit
Pencarian vaksin untuk virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, atau obat yang bisa menyembuhkan penyakit yang disebabkannya, COVID-19, telah membawa para peneliti menggunakan cara-cara tradisional dan yang kurang tradisional.
Mereka telah meneliti kandidat obat yang ada, seperti remdesivir, yang mulanya dikembangkan untuk mengobati Ebola. Sementara di Jerman, uji klinis pertama untuk vaksin virus corona dilakukan dengan kandidat vaksin yang justru dikembangkan untuk penanganan kanker.
Bahkan ada sebuah studi dari Prancis yang menyatakan bahwa nikotin, yang biasanya didapatkan dari kebiasaan merokok yang kerap mematikan, dapat melindungi orang dari virus corona jenis baru.
Sekarang di Kanada muncul sebuah penelitian awal yang menyatakan bahwa jenis tertentu dari obat psikoaktif kanabis juga dapat meningkatkan resistensi terhadap virus corona. Jika penelitian ini dapat diverifikasi, yang mana saat ini masih belum ditinjau oleh para ahli, maka cara kerjanya kelihatannya akan mirip dengan nikotin.
"Hasilnya terhadap COVID-19 berasal dari penelitian kami pada radang sendi, penyakit Crohn, kanker dan lainnya,” kata Dr. Igor Kovalchuck, seorang profesor Ilmu Biologi di Universitas Lethbridge, dalam email yang diterima DW.
Memblokir "pintu masuk” untuk virus
Seperti halnya penelitian tentang efek nikotin pada virus corona, diperkirakan bahwa beberapa jenis ganja, juga umum disebut cannabis atau marijuana, dapat mengurangi kemampuan virus untuk memasuki paru-paru, di mana ia bisa bertahan, bereproduksi, dan menyebar.
Kovalchuck dan rekannya menerbitkan makalah mereka tentang hal ini di preprints.org, sebuah laman jurnal ilmiah di mana para ilmuwan dapat mempublikasikan hasil penelitian mereka tanpa diperiksa oleh ahli. Dalam makalah itu, mereka menuliskan bahwa jenis ganja yang mereka kembangkan secara khusus, mampu menghentikan virus memasuki tubuh manusia.
Penelitian ini adalah salah satu dari banyak makalah global yang telah dibagikan di situs web pracetak, termasuk preprints.org, dalam upaya menyebarluaskan temuan awal terkait pengobatan potensial dari COVID-19, yang belum melewati pemeriksaan ahli yang ketat.
Virus corona membutuhkan "reseptor” untuk memasuki sel inang pada manusia. Reseptor itu dikenal sebagai "angiotensin-converting enzyme II,” atau ACE2.
ACE2 ditemukan di jaringan paru-paru, di lendir mulut dan hidung, di ginjal, testis, dan saluran pencernaan, tulis mereka.
Teorinya adalah bahwa dengan memodifikasi level ACE2 pada "pintu masuk” ke sel inang manusia, maka dimungkinkan untuk menurunkan kerentanan terhadap virus. Hal ini pada dasarnya dapat mengurangi risiko infeksi.
"Jika tidak ada ACE2 pada jaringan, virus tidak akan masuk,” kata Kovalchuck.
Peneliti ganja medis Dr. Igor Kovalchuck
Kandungan ganja medis
Beberapa ilmuwan di komunitas sains mengatakan bahwa ganja medis dapat mengobati berbagai kondisi kesehatan, seperti mual dan demensia. Tapi perlu dicatat bahwa ganja medis tidak sama dengan apa yang Anda sebut dengan ganja rekreasional.
Ganja medis yang merupakan "varietas ganja kebun atau ganja umum”, atau juga ganja jalanan, dikenal karena kandungan Tetrahydrocannabinol (THC) di dalamnya. Kandungan inilah yang merupakan agen psikoaktif utama di dalam obat tersebut.
Penelitian oleh Kovalchuck dan rekannya yang bermarkas di Alberta itu berfokus pada jenis tanaman, Cannabis sativa. Tanaman ini disebut memiliki kandungan cannabinoid anti-inflamasi yang tinggi, yang dikenal sebagai kanabidiol (CBD). Ini adalah komponen kimia utama lain yang dapat ditemukan dalam ganja, selain THC.
Mereka telah mengembangkan lebih dari 800 varian Cannabis sativa baru, dengan kadar CBD yang tinggi. Mereka juga mengindentifikasi 13 ekstrak yang menurut mereka mampu memodifikasi tingkat ACE2 pada "pintu masuk” virus di tubuh manusia.
"Varietas kami memiliki kandungan CBD yang tinggi, atau CBD/THC yang seimbang, karena Anda dapat memberikan dosis yang lebih tinggi dan orang tidak akan terganggu karena sifat psikoaktif THC,” kata Kovalchuck.
Dana sedikit, pengetahuan yang didapat pun sedikit
Bersama dengan Dr. Darry Hudson, seorang lulusan PhD dari Universitas Guelph, Kovalchuck juga turut mengepalai sebuah perusahaan bernama Inplanta Biotechnology. Lembaga dari Kanada ini juga tengah meneliti penggunaan kanabinoid dalam pengobatan.
Tetapi pendanaan untuk penelitian kanabinoid "masih sulit”, kata Kovalchuck. Dan ini juga terjadi di negara-negara lain.
Beberapa peneliti di Inggris mengatakan, itu terjadi karena mungkin ada kesalahpahaman antara masyarakat umum dan politisi tentang ganja medis. Ketakutan bahwa orang akan menjadi pecandu atau mencoba mengobati dirinya sendiri, menggunakan segala bentuk ganja yang mereka temukan.
Peneliti menyatakan bahwa sangat penting bagi mereka untuk meluruskan informasi dan menghindari sensasionalisme semacam itu.
"Para peneliti harus sangat berhati-hati ketika menyebarluaskan hasil penelitian mereka, mengingat volatilitas sosial-politik dari penggunaan ganja medis,” kata Chris Albertyn, seorang peneliti di King's College London, yang juga merupakan ahli kanabinoid dan demensia.
Cara terbaik untuk mengatasi hal itu menurutnya adalah menerapkan metode penelitian yang terbuka dan juga transparan.
10 Keajaiban Medis Mariyuana Mencegah Serangan Epilepsi
Tahun 2013 lalu peneliti Virginia Commonwealth University menemukan senyawa dalam mariyuana bisa mencegah serangan Epilepsi. Studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah, Journal of Pharmacology and Experimental Therapeutics, itu menyebut senyawa Cannabinoids bekerja dengan mengikat sel otak yang bertanggungjawab mengatur rangsangan dan rasa tenang pada manusia.
10 Keajaiban Medis Mariyuana Meringankan Glaukoma
Sejak lebih dari sepuluh tahun silam National Eye Institute di Amerika Serikat telah menyarankan penggunaan ganja untuk mengurangi gejala Glaukoma. Penyakit ini memicu pembesaran bola mata yang kemudian menekan saraf mata dan menyebabkan gangguan penglihatan. Mengkonsumsi ganja dengan menghisapnya, menurut NEI, dapat meringankan tekanan pada saraf mata.
10 Keajaiban Medis Mariyuana Memerangi Alzheimer
Sebuah studi yang dipublikasikan di The Journal of Alzheimer’s Disease mengungkap, dosis kecil Tetrahydrocannabinol, senyawa yang terdapat di dalam tumbuhan mariyuana, dapat memperlambat pembentukan plak amiloid yang membunuh sel otak dan bertanggungjawab atas penyakit Alzheimer. Selama eksperimen peneliti menggunakan minyak cannabis.
10 Keajaiban Medis Mariyuana Membunuh Kanker
Pemerintah Amerika 2015 silam akhirnya mengakui khasiat Mariyuana memerangi penyakit Kanker. Sebelumnya sebuah studi yang dipublikasikan di situs pemerintah cancer.org mengungkap senyawa Cannabinoids mampu membunuh sel Kanker dan memblokir sejumlah pembuluh darah yang dibutuhkan Tumor untuk tumbuh. Cannabinoids antara lain efektif mengobati penyakit kanker usus, kanker payudara dan kanker hati
10 Keajaiban Medis Mariyuana Redam Efek Kemoterapi
Berbagai studi mengungkap ganja sangat efektif meredakan dampak samping kemoterapi, yakni rasa mual, muntah dan hilang nafsu makan. Badan Pengawas Obat AS, FDA, sejak beberapa tahun telah mengizinkan terapi obat-obatan berbasis Cannabinoid untuk pasien kanker yang menjalani Kemoterapi.
10 Keajaiban Medis Mariyuana Meredakan Penyakit Autoimun
Autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh manusia membunuh sel-sel sehat ketibang memerangi penyakit. Hasilnya organ tubuh sering diserang radang. Tahun 2014 silam peneliti dari University of South Carolina menemukan senyawa THC di dalam ganja mampu mengubah molekul dalam DNA yang bertanggungjawab mempercepat proses peradangan. Sejak saat itu Cannabis digunakan untuk merawat pasien Autoimun.
10 Keajaiban Medis Mariyuana Melindungi Otak
Peneliti dari University of Nottingham berhasil membuktikan bahwa ganja mampu melindungi otak dari kerusakan yang disebabkan serangan stroke. Studi tersebut menyebut ganja membatasi area di dalam otak yang terkena dampak stroke. Kendati belum diuji klinis, temuan tersebut memperkuat teori lain bahwa mariyuana juga mampu meminimalisir kerusakan akibat trauma atau geger otak.
10 Keajaiban Medis Mariyuana Menghambat Sklerosis Ganda
Sklerosis Ganda adalah gangguan pada sistem kekebalan tubuh yang merusak lapisan lemak pelindung saraf manusia. Akibatnya saraf mengeras dan menyebabkan kejang-kejang yang memicu rasa sakit luar biasa. Sebuah studi yang dipublikasikan di Canadian Medical Association Journal tahun lalu menyebut Cannabis dapat meringankan gejala kejang pada pasien Sklerosis Ganda.
10 Keajaiban Medis Mariyuana Meringankan Rasa Sakit
Sebagian penderita Diabetes mengalami kerusakan saraf di bagian kaki dan tangan. Gejalanya adalah rasa terbakar di bagian tubuh tersebut. Belum lama ini peneliti University of California menemukan Cannabis efektif meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh kerusakan saraf. Namun hingga kini Badan Pengawasan Obat AS, FDA, belum memberikan lampu hijau buat terapi ganja untuk pasien Diabetes
10 Keajaiban Medis Mariyuana Meringankan Efek Samping Hepatitis C
Serupa obat Kanker, terapi obat buat meredam Hepatitis C picu efek samping seperti lelah, mual, otot pegal, kehilangan nafsu makan dan depresi. Namun studi yang diterbitkan di European Journal of Gastroenterology and Hepatology, mengungkap lebih dari 86% pasien mampu menuntaskan terapi Hepatitis C dengan mengkonsumsi ganja. Cannabis diyakini mampu meredam efek samping terapi Hepatitis C
"Sebagai contoh, penelitian dari Kanada baru saja meluncurkan ‘mekanisme aksi' terapi potensial, tetapi hal itu perlu divalidasi dan diperiksa lagi dalam uji klinis yang dirancang dengan baik, sebelum akhirnya mengambil kesimpulan klinis yang signifikan,” jelasnya.
Termasuk juga melakukan pra-pendaftaran protokol klinis dan metode analisis, penerbitan dalam jurnal yang dapat diakses secara terbuka, uji coba kontrol plasebo doube-blind yang ketat, dan juga pemeriksaan independen oleh ahli dari komunitas akademik klinis," kata Albertyn.
"Gelombang penelitian akan datang”
Masalahnya, tanpa dana yang cukup dan penelitian lebih lanjut, pengetahuan tentang kanabinoid akan sangat terbatas. Apakah hasil penelitiannya positif atau negatif, beberapa mengatakan tidak akan diketahui sampai penelitian benar-benar dilakukan.
"Tapi sekarang ada minat yang sangat besar,” kata Kovalchuck dalam emailnya. Ia menekankan bahwa "gelombangnya (penelitian) akan datang”.
Meskipun ekstrak ganja paling efektif yang mereka kembangkan memerlukan validasi dalam skala besar, Kovalchuck dan rekannya mengatakan bahwa hal itu mungkin bisa menjadi "tambahan pengobatan yang aman” untuk COVID-19. "Sebuah tambahan selain perawatan lainnya”.
Jadi, dengan verifikasi skala besar yang tertunda, ganja medis mungkin dapat dikembangkan sebagai "perawatan pencegahan yang mudah digunakan,” seperti misalnya obat kumur untuk mulut dan tenggorokan, baik dalam penggunaan klinis maupun penggunaan di rumah.
sumber : suara.com