Direktur Utama Rumah Sakit di Wuhan Meninggal Karena Virus Corona
Februari 19, 2020
Edit

Seorang dokter senior sekaligus Direktur Utama Rumah Sakit Wuchang di Wuhan, Tiongkok, Liu Zhiming, meninggal dunia karena terjangkit virus corona, Selasa (18/2) kemarin. Kabar ini dikutip dari Stasiun berita China Central Television (CCTV), yang melaporkan bahwa Liu meninggal pagi hari sekitar pukul 10:54 waktu setempat.
Rumah sakit Wuhan merupakan satu dari tujuh pusat medis, yang didesain sebagai pusat untuk merawat pasien positif virus corona.
Komisi kesehatan Wuhan mengatakan, Liu ikut membantu memerangi virus bernama COVID-19 itu sejak awal. Liu juga disebut berkontribusi nyata dalam melawan dan mengendalikan penyebaran virus corona.
"Sayangnya dalam proses (<elawan virus itu), ia ikut terinfeksi dan meninggal pukul 10.54 pada Selasa pagi di usia 51 tahun, seusai semua upaya untuk menyelamatkannya gagal," ujar komisi kesehatan Wuhan seperti dikutip harian Inggris, The Guardian, Selasa (18/2).
Sebelumnya, seorang dokter pertama yang menyebarkan informasi kemunculan virus corona, Li Wenliang, juga meninggal beberapa waktu lalu.
1. Sebanyak 1.760 petugas medis di Tiongkok terinfeksi virus corona
Dari data yang dikutip The Guardian edisi 14 Februari 2020, sebanyak 1.760 petugas medis garda depan yang merawat pasien corona telah terpapar virus corona. Enam petugas medis di antaranya tewas ketika melaksanakan tugas. Angka ini belum termasuk kematian Liu.
Menurut Direktur Jenderal badan organisasi kesehatan dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, ini pertama kalinya Tiongkok mengungkap jumlah spesifik petugas medis profesional yang terpapar virus corona.
"Ini merupakan informasi penting karena petugas kesehatan merupakan perekat yang menjaga sistem kesehatan dan merespons wabah itu di waktu yang sama," kata Ghebreyesus pada pekan lalu.
Namun ia merasa membutuhkan informasi lebih detail terkait kondisi petugas medis, yang telah terpapar virus corona.
"Termasuk periode mereka terjangkit virus dan keadaan yang bisa menyebabkan jadi jatuh sakit," katanya.
2. Pemerintah melakukan pemeriksaan dari rumah ke rumah untuk menekan penyebaran
Dikutip dari laman John Hopkins CSSE, terhitung sudah ada 2.008 orang yang meninggal akibat virus corona per tanggal 19 Februari 2020. Dari angka itu, 90 persen korbannya berasal dari Provinsi Hubei, Tiongkok, yang melaporkan sebanyak 1.921 orang meninggal akibat virus corona.
Pemerintah Tiongkok menjemput bola dengan mendatangi rumah-rumah untuk memeriksa kondisi para penghuninya di Kota Wuhan, yang menjadi lokasi pertama munculnya virus corona. Langkah itu dilakukan untuk mengetahui data kondisi warganya, agar langsung diambil langkah antisipasi bila ada masyarakat yang sudah terdeteksi.
Menurut laporan media pemerintah, siapapun yang sempat melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi virus corona, maka wajib dikarantina. Sementara siapapun yang dicurigai telah terinfeksi virus, maka harus dites.
Berdasarkan laporan koran Wuhan, Chutian Daily, 10 pusat karantina darurat yang mirip dengan rumah sakit akan dibangun oleh pemerintah di delapan distrik. Pusat medis itu akan menyediakan 11.400 tempat tidur, bagi warga yang menunjukkan gejala ringan terkena infeksi.
Pemerintah bahkan memberlakukan kebijakan baru mulai Selasa (18/2) kemarin, bahwa siapapun yang membeli obat batuk atau obat penurun demam dalam bentuk zat kimia, baik di toko atau online, harus menunjukkan identitas mereka. Hal ini untuk memudahkan pelacakan apabila warga itu benar-benar terinfeksi virus corona.
3. Pemda di Wuhan akan memberlakukan sanksi bagi warga yang terlambat melaporkan pasien terjangkit virus corona
Pemda Wuhan juga akan memaksa warga yang terinfeksi virus corona untuk dikarantina, kendati ditolak oleh warga. Tindakan ini tertuang dalam instruksi yang dirilis sejak Senin (17/2) lalu, menurut laporan media pemerintah.
Selain itu, bagi warga yang terlambat menyampaikan informasi ada orang yang terjangkit virus corona, atau menyebarkan hoaks mengenai wabah virus, akan dikenakan sanksi.
"Ini merupakan perang yang semakin panas. Kita tidak bisa bersantai-santai. Ini memang proses yang menyakitkan tetapi perjuangan melawan virus itu harus terus dilakukan. Isolasi kota ini dilakukan agar kita semua bisa berkumpul lagi di masa depan agar Wuhan bisa kembali beraktivitas," demikian narasi di media milik pemerintah.