Racun Laba-laba Mematikan Penyelamat Nyawa Penderita Stroke
Juni 03, 2019
Edit
Racun laba-laba mematikan dapat memberi kesempatan hidup lebih baik pada penderita stroke. Hal tersebut diungkapkan oleh pakar biokimia di Australia. Mereka menemukan bahwa neurotoxin pada laba-laba di Pulau Fraser mengandung molekul yang dapat menghambat efek stroke di otak.

Berdasarkan fakta, gigitan seekor laba-laba yang berasal dari Pulau Fraser itu dapat membunuh orang dalam 15 menit. Kendati demikian, di balik bahayanya yang mengancam nyawa, racun itu juga sekaligus dapat menyelamatkan nyawa.
Bahkan, telah digunakan untuk mengembangkan obat-obatan guna mencegah kerusakan otak. Para ilmuwan mengatakan racun itu dapat mematikan jalur yang memicu matinya sel-sel di otak pascastroke.
Ilmuwan di Universitas Queensland meyakini bahwa ini merupakan terobosan yang dapat melindungi pasien stroke ketika dibawa ke rumah sakit. Dokter sering mengungkapkan tentang “jendela” atau masa waktu sangat penting sekitar 4,5 jam untuk memberi perawatan dan obat yang tepat pada pasien stroke.
Mereka yang tinggal jauh dari rumah sakit dapat menghadapi konsekuensi sangat buruk. Tim peneliti itu yakin obat-obatan yang dikembangkan dari racun laba-laba ini dapat diberikan segera oleh paramedis, dan melindungi pasien dari kerusakan otak lebih jauh pascastroke.
Kepala tim ilmuwan ini, Profesor Glenn King, mengatakan, “Ternyata ada saluran ion yang kecil di bagian syaraf yang disebut sebagai saluran ion penginderaan asam, yang dapat melacak penurunan PH asam di dalam otak. Saluran ini menghidupkan dan mematikan jalur sel kematian karena beberapa alasan yang tidak kita pahami dan jaringan syaraf mulai mati.”
“Racun laba-laba Pulau Fraser dapat menjadi penghambat saluran itu sehingga mencegah matinya jaringan syaraf. Kita tidak dapat menghentikan syaraf yang akan mati, tetapi racun laba-laba yang diberikan hingga delapan jam setelah stroke masih dapat melindungi otak,” sambungnya.
Masih perlu uji klinis lebih jauh untuk memastikan racun laba-laba ini, tetapi tim itu mengatakan eksperimen dengan tikus terbukti berhasil. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan stroke adalah pemicu kematian kedua terbesar di dunia, dan penyebab utama ketiga yang menimbulkan kecacatan.